Christmas Day

Eiffelt…Selamat Natal

Hari itu hari senin. pagi itu, sama dengan pagi pagi sebelumya. Matahari yang baru meninggi, memancarkan cahaya setinggi tombak yang menandakan bahwa sholat Dhuha telah bisa dilaksanakan. Bagi kita, pagi hari setelah sholat subuh, dimulai kembali doa-doa yang biasa kita lakukan setiap harinya. Lantunan doa yang pemberi pahala dari yang Maha Pemberi, terucap membasahi bibir yang baru saja terendam dalam lautan Al-Quran, teruntuk para pencari keberkahan disiang hari. Sungguh enak nian dan segar manjalaninya.

Kusarungkan tas kepundakku, dan siap siap untuk pergi ke kampus. Sembari berjalan menuju halte bus kampus, itu, tiba-tiba teringat ada beberapa paper yang di copykan beberapa hari yang lewat dan hari ini mesti di ambil untuk segera diserahkan ke Dosen. Kemudian, setelah mengambil paper tersebut, kembali ku langkahkan kaki menuju terminal bus. Jam telah menunjukkan pukul 08.30. “ wah, sepertinya terlambat ke kelas kimia” pikirku. Singkat cerita, setelah menunggu bus kampus ditambah dengan perjalanan menuju kelas,  akhirnya sampailah di kelas Kimia. Waktu telah menunjukkan pukul 09.00. “Bismillah, semoga di izinkan masuk dan mudah-mudahan dosen tidak marah dengan keterlambatanku” pikirku.

“Assalamu’alaikum.., permisi Buk” sembari mengangkat tanganku. Anggukan kepala dosen, menjadi pertanda bahwa saya diizinkan masuk. Kemudian ku melihat sebuah bangku kosong di bagian tepi sebelah kiri. Ku berjalan menuju bangku tersebut dan duduk. Seperti biasa, ku keluarkan buku yang sebelumya telah berisi catatan2 kimia pada pertemuan sebelumnya. sembari mencatat, biasanya dosen memberikan lembaran absen kpd mahasiswa untuk ditandatangani, sebagai bukti telah hadir pada pelajaran tersebut. Ada yang beda.., absen tak kutemukan dan bertanya kepada rekanku disebelah. “Apakah lebmbaran absen telah selesai diisi” tanyaku. “sudah. Sejak awal masuk tadi” jawabnya. Ya sudah.., pas setelah selesai perkuliahan saja mengahdap dosen tersebut. 90 menit telah berlalu. Dosen memberikan isyarat bahwa perkuliahan telah selesai.

Ada tinggal waktu lebih kurang 10 menit. Tiba-tiba dosen melihat kembali daftar hadir dan mengecek kembali apakah masih ada yang belum terisi. Beliau bertanya kepada kami, “ Apakah masih ada yang belum tandatangani absen? ” beliau bertanya. “Ada buk” sembari mengangkat tanganku. Beliau lihat absen tersebut dan hanya saya sendiri yang belum. “ Julio Eiffelt R R ya? “ tanya beliau. “ Ia buk” jawabku, Sembari mengambil absen yang beliau sodorkan padaku dan menandatanganinya. Kemudian beliau bertanya kembali. “ Bagaimana Perayaan Natalnya Kemaren..? ”. “ Maaf buk, saya MUSLIM, bukan Kristen”. Oo.., maaf ya!” sahut beliau. “Ia buk” jawabku. Wah.., pertanyaan alternatif yang mewaliki atau senada dengan ucapan “Selamat Natal Ya Eiffelt”. Serempak rekan-rekan seangkatan tertawa. Gemuruh tertawa selama 10 menit menghiasi ruangan. Padahal jika mau lebih teliti lagi, ada 3 temanku yang beragama Kristen. “Kenapa beliau tidak bertanya saja sama mereka, kenapa mesti saya ya”. Diriku terdiam. Hanya bisa senyum saja. 10 menit terdiam hanya memikirkan, “kenapa beliau beryanya seperti itu ya..?” dalam hatiku. “Mungkin karena nama, nama orang bule dan raut wajah terlihat seperti orang timur sana ”. “Yah.., nama yang diberikan orang tua terkasih, tak masalah bagiku. ku yakin setiap nama memiliki makna dan harapan. Hanya saja, caranya dan bahasanya yang berbeda ” Ku yakinkan diriku. Alhamdulillah telah ku ketahui makna dibalik penamaanku yang disingkat dalam 4 kata.., Julio Eiffelt R R.

Seumur hidup, diriku belum pernah ditanya pertanyaan yang seperti itu. Paling hanya asal dari mana atau dimana orang tua sekarang. Hanya itu yang biasa yang orang2 atau rekan2 tanyakan kepadaku. Tak lebih. Jika ada yang bertanya sedikit nyeleneh seperti, “ Blastteran ya?” atau “Bapak atau Ibu yang dari Arab atau India ya?  Dan lain sebaginya, langsung ku alihkan pertanyaannya ke hal yang lain. Bukan tak mau menjawab. Hanya saja tak ingin menjadi bahan pembicaraan orang. Paling hanya 5 menit dibicarakan? Yah. Walaupun 5 menit, tetap saja tidak sopan membicarakan orang lain dan takutnya malahan jadi bahan gunjingan dan gossip. Wah tentu saja hal itu menambah butiran dosa yang bisa menggunung.  Dan sepertinya tak penting juga mengetahui orang tua dari mana, kecuali hal itu memang dibutuhkan seperti dalam sebuah perkara atau membuat profil keluarga. Yup Seperlunya saja. Kadang kita merasa “ Gatal ” ketika mendengar sesuatu dan ingin membahasanya. Akan lebih baik kita menahannya dan pura-pura tidak mendengar atau tdak tahu. Karena terkadang, apa yang kita dengar itu, belum tentu itu benar dan telah memasuki wilayah pribadi (aib) orang lain. Dan tentu tak boleh menjadikannya bahan gosipan pengisi waktu luang. Wah.., bahaya itu. Karena, sejatinya aib orang/saudara kita yang telah kita ketahui, hendaklah disimpan dan tidak boleh disampaikan kpd orang lain. Dan tentu saja itu amanah dan sudah pasti beban bagi kita untuk menjaganya. kita tak tahu, terkadang kita berbicara, secara tak sengaja..ehh Kelepasan. Nah, makanya, lebih baik merasa tidak mendengar dan sedikit “cuek” atas saudara kita/orang lain. Bukan maksud untuk tidak perduli dengan saudara kita. Tentu Akan sangat bijak ketika kita memilah-milah, sisi mana yang bisa kita tanyakan tanpa memasuki wilayah private orang lain. Orang yang kita tanyakan ujung2nya malah berbohong untuk melindungi aibnya, akibat kita bertanya tanpa pikir panjang, bahwa kita telah masuk ke zona larangan (aib) sehingga pertanyaan itu adalah pemicunya dari Sebuah kebohongan yang setiap saat siap untuk meledak.

Yup begitulah.., teman teman ada tambahan..,?

6 thoughts on “Eiffelt…Selamat Natal

    1. Hmm, ” kiriman” Award dr Seorang saudara..,
      InsyaAllah akn segera di sebarkan.

      Jazakallah Khair Ya 🙂

Leave a comment