Ibu Pendeta berkata : “Contohlah Muslim..”

Source : https://www.flickr.com/photos/glsims99/Melihat toleransi beragama itu (biasanya antara komunitas muslim dan kristiani), dapat terlihat dengan jelas pada masyarakat yang lebih heterogen atau jumlah penganut suatu agama dengan agama yang lain cendrung seimbang. Karena mereka menyatu dalam sebuah kesatuan masyarakat yang saling berinteraksi dalam keseharian pada suatu kawasan atau daerah tertentu, bukan hanya dalam perayaan hari-hari besar tertentu saja.

Diakhir tahun 2014, saya diundang (oleh keluarga dekat) untuk mengikuti acara yang diadakan oleh sebuah yayasan di kota Biak, Papua. Pada malam hari diadakan kegiatan (syukuran dalam islam-red) untuk memperingati hari besar Kristen protestan kelahiran Yesus kristus dan Tahun Baru 2015. Saya meng-iyakan untuk bisa hadir dalam acara tersebut. Ketika pukul 7.15 malam, saya langsung berangkat menuju tempat acara.

Saya sengaja untuk datang terlambat agar saya mendapati kursi yang paling belakang dan bisa mengawasi jalannya acara tersebut dari kejauhan. Ditengah acara, Saya diberi sebuah lilin dengan alas kertas. Namun saya menolak dengan halus dan sembari panitia tersebut bertanya kepada saya, “Khatolik ya..? “ imbuhnya. kemudian saya berkata, “ Saya Muslim” sembari tersenyum. Ia membalas “Ooo..Muslim..”, yang juga ikut tersenyum. Ini cerita ke-2 kalinya saya ditanya tentan kristen. Yang pertama klik disini.

Dalam khotbah, Saya dengan seksama mendengar setiap kata yang diucapkan oleh ibu Pendeta. Khotbah tersebut sering untuk mengajak kaum kristian kepada kebaikan sesuai dengan ajaran kristiani dan sesekali mengutip ayat-ayat dalam bible. Kemudian ada yang membuat saya terkejut Dengan telinga saya, saya mendengar pendeta tersebut memberikan pujian terhadap Muslim. Pendeta tersebut mengatakan “ Mari kita Masyarakan kristiani mencontoh masyarakat muslim. Umat muslim mulai bersiap-siap beraktfitas setelah menunaikan shalat Shubuh ”. Saya merasa yakin bahwa hanya saya yang muslim dari jemaah yang hadir. Saya tersenyum bahagia mendengarnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya toleransi saja, tetapi juga himbauan untuk mencontoh umat Muslim.

Saya berasumsi bahwa tidak semua daerah di papua memiliki tingkat toleransi dalam beragama yang sama. Umumnya, tingkat toleransi lebih tinggi pada kota-kota besar, karena keragaman dari suatu agama terhadap agama yang lain cendrung sama, tingkat pengetahuan (budaya, edukasi, tingkat pemahaman, dll) yang baik. Saya pernah bertanya kepada Ibu Pendeta yang merupakan keluarga dekat. Saya bertanya kepada beliau tentang toleransi antara Muslim dan Kristiani di kota Jayapura, beliau mengatakan “ Eiffelt, kita umat Kristiani selalu saling menjaga dengan umat Muslim. Ketika ada keributan, kita selalu mencari solusi. Mulai dari internal dulu. Makanya kita tidak pernah saling salah menyalahkan. Jika ada yang terbukti bersalah oleh pengadilan, maka tetap diberi sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku. Terserah apakah dia seorang Muslim atau Kristiani “.

Leave a comment